BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada zaman modern ini,banyak sekali perubahan
kebudayaan yang dipengaruhi budaya dan peradaban asing dari Negara lain yang
didominasi oleh pengaruh budaya barat.sedangkan tuntutan masyarakat kita saat
ini memerlukan upaya pelestarian budaya nasional apalagi dalam kondisi era
globalisasi budaya bangsa,menitik beratkan pada otonomi daerah.
Berkenaan dengan hal tersebut Pencak silat adalah
merupakan seni tradisional asli Indonesia yang perlu dilestarikan dan
diwariskan kepada generasi penerus,sebab seni bela diri pencak silat memiliki
nilai budaya yang tinggi,tradisi,seni,olahraga dan pertahanan.Oleh karena itu
alangkah positifnya apabila kita sebagai pendidik untuk melestarikannya.Atas
dasar inilah pentingnya melahirkan perkumpulan latihan seni pencak silat
dilingkungan Sekolah Dasar Negeri Pamatutan Kecamatan Bojonggenteng Kabupaten
Sukabumi. tetapi wujud sekolah yang
memiliki program dan aktivitas pendidikan yang
mengarah kepada kesadaran dan kearifan terhadap seni Pencak Silat.sebagai seni budaya yang digunakan oleh masyarakat
Pulau Jawa.” yaitu sekolah yang memiliki komitmen dan secara sistematis
mengembangkan program-program untuk menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan
ke dalam seluruh aktifitas sekolah.
Berdasarkan
tuntutan kehidupan yang mendorong manusia diharuskan beradaptasi dengan
lingkungan, kondisi
sosial lingkungan masyarakat sekitar sekolah yang beragam.,ada yang kurang
perhatian terhadap pendidikan anaknya. Begitu juga tentang cara pandang terhadap
lingkungan baik di lingkungan sekitar tempat tinggalnya apalagi terhadap
lingkungan sekitar sekolah. Hal ini merupakan sebuah tantangan bagi warga
sekolah kami untuk menuangkan ide dalam pengelolaan sekolah dengan konsep,Pencak
silat sebagai budaya daerah masyarakat pribumi.
kami tetap memiliki keyakinan untuk dapat mengajak masyarakat dengan memberikan
motivasi agar mereka semua memiliki kepedulian yang tinggi terhadap Budaya
masyarakat daerah Jawa Barat dan sekitar
lingkungan tempat pendidikan anaknya.
Hubungan
antar warga sekolah dengan masyarakat sekitar senantiasa kami jalin, agar
tercipta sebuah keserasian antara lembaga pendidikan dengan masyarakat sebagai
steakholder. Hal ini kami lakukan dengan menempatkan masyarakat sekitar sebagai
partner kerja demi suksessnya semua program yang akan kami canangkan.
Tentunya
bukanlah hal yang mudah untuk memastikan rencana pengembangan ekskul seni
Pencak Silat tersebut berjalan dengan
mudah .dan lancar
Dengan makalah yang kami rancang
tentang Pencak Silat inilah kami mencoba
untuk menyusun Rencana Pengembangan Seni Pencak Silat di SD Negeri Pamatutan Kecamatan Bojonggenteng
Kabupaten Sukabumi.
Sekolah telah mampu membangun
kepedulian dan membudayakan pengelolaan Seni Pancak Silat bagi warga sekolah serta warga di sekitar
sekolah. Warga sekolah yang di maksud adalah kepala sekolah, staf, siswa,
orang tua dan komite sekolah. Semua telah memahami visi dan misi sekolah dalam
rangka mengembangkan Seni Pencak Silat..
Pencak Silat bukan hanya tampilan sekolah, tetapi wujud sekolah yang memiliki
program dan aktivitas pendidikan mengarah kepada kesadaran dan kearifan
terhadap seni Pencak Silat,.sebagai seni
budaya masyarakat Jawa Barat ” yaitu sekolah yang memiliki
komitmen dan secara sistematis mengembangkan program-program untuk
menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan yang berbudaya ke dalam seluruh aktifitas sekolah.
Membangun Perencanaan Pengembangan Pencak Silat tidak
hanya diperlihatkan secara fisik sekolah namun mengoptimalisasikan
pendidikan Pencak Silat ke dalam setiap
mata pelajaran sehingga dapat membangun karakter siswa yang memiliki kompetensi
peduli terhadap budayanya sendiri baik
di rumah maupun disetiap pergaulannya.
1.2 TUJUAN
Disamping itu kebijakan peningkatan keberdayaan Pencak
Silat dapat juga di laksanakan dengan
tujuan;
1) Mampu
membentuk budi pekerti luhur dan berakhlak mulia sebagai insan yang bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Mampu
menggalang persatuan dan kesatuan serta kebersamaan atas asas kekeluargaan
3) Mampu
melestarikan budaya bangsa khususnya Seni Pencak Silat
4) Pemantapan
ketahanan moral dan mental generasi penerus
5) Pemasyarakatan
olah raga pencak silat .
6) Peningkatan
prestasi olah raga pencak silat.
7) Peningkatan
sarana dan prasarana olah raga pencak silat di masyarakat.
8) Pembinaan
dan peningkatan manajemen olah raga pencak silat di sekolah.
9) Pengembangan
wawasan olah raga pencak silat secara terpadu.:
1.3 RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimana Sejarah,Pengertian
dan dasar Pendirian Pencak Silat?
2) Bagaimana
nilai positif pencak silat?
3) Bagaimana
analisis mutu pendidikan saat ini dan 5
tahun kedepan?
4) Bagaimana
kesenjangan antara mutu sekolah saat ini dan harapan 5 tahun kedepan?
5) Apa saja
program/kegiatan untuk mencapai visi, misi dan tujuan ?
6) Sumber –
sumber manusia/material apa saja yang dimiliki sekolah untuk melaksanakan
program tersebut?
7) Bagaimana
penyusunan jadwal penmgembangan mutu pendidikan?
8) Siapa saja
penanggung jawab program pengembngan program tersebut?
9) Bagaiman
rencana pembiayaannya?
10) Bagaimana
rencana pemantauan dan evaluasinya?
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
2.1 SEJARAH DAN PENGERTIAN PENCAK SILAT
Sejarah Bela diri yang berkembang di
Nusantara didasarkan pada upaya pertahanan suku menghadapi musuh, seperti tari
perang Nias. Nenek moyang bangsa Indonesia telah memiliki cara pembelaan diri
yang ditujukan untuk melindungi dan mempertahankan kehidupannya atau
kelompoknya dari tantangan alam. Mereka menciptakan bela diri dengan menirukan
gerakan binatang yang ada di alam sekitarnya, seperti gerakan kera,
harimau,ular,atauburung elang.
Asal mula ilmu bela diri di
nusantara ini kemungkinan juga berkembang dari keterampilan suku-suku asli
Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan
tombak, misalnya seperti dalam tradisi suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif
tidak tersentuh pengaruh luar. Silat diperkirakan menyebar di kepulauan
nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat
ditentukan secara pasti. Kerajaan-kerajaan besar, seperti Sriwijaya dan
Majapahit disebutkan memiliki pendekar-pendekar besar yang menguasai ilmu bela
diri dan dapat menghimpun
prajurit-prajurit yang
kemahirannya dalam pembelaan diri dapat diandalkan. Peneliti silat Donald F.
Draeger berpendapat bahwa bukti adanya seni bela diri bisa dilihat dari
berbagai artefak senjata yang ditemukan dari masa klasik (Hindu-Budha) serta
pada pahatan relief-relief yang berisikan sikap-sikap kuda-kuda silat di candi
Prambanan dan Borobudur. Dalam bukunya,
Draeger menuliskan bahwa senjata dan seni beladiri silat adalah tak
terpisahkan, bukan hanya dalam olah tubuh saja, melainkan juga pada hubungan
spiritual yang terkait erat dengan kebudayaan Indonesia.
Peragaan silat Betawi yang dikemas
dalam sebuah sandiwara kecil. Acara ini biasanya digelar sebelum akad nikah,
yaitu sebuah drama kecil yang menceritakan rombongan pengantin pria dalam
perjalanannya menuju rumah pengantin wanita dihadang oleh jawara (pendekar)
kampung setempat yang dikisahkan juga menaruh hati kepada pengantin wanita.
Maka terjadilah pertarungan silat di tengah jalan antara jawara-jawara
penghadang dengan pendekar-pendekar pengiring pengantin pria yang tentu saja
dimenangkan oleh para pengawal pengantin pria. Silat lalu berkembang dari ilmu
beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk
menghadapi.
Dalam sejarah perjuangan melawan
penjajah Belanda, tercatat para pendekar yang mengangkat senjata, seperti
Panembahan Senopati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Teuku Cik Di Tiro, Teuku
Umar, Imam Bonjol, serta para pendekar wanita, seperti Sabai Nan Aluih, Cut
Nyak Dhien, dan Cut Nyak Meutia. Silat saat ini telah diakui sebagai budaya
suku Melayu dalam pengertian yang luas, yaitu para penduduk daerah pesisir
pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik lainnya
yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di Jawa, Bali,
Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lain-lainnya yang juga mengembangkan
beladiri ini. Menyadari pentingnya mengembangkan peranan pencak silat maka
dirasa perlu adanya organisasi pencak silat yang bersifat nasional, yang dapat
pula mengikat aliran-aliran pencak silat di seluruh Indonesia.
2.2 PENGERTIAN PENCAK SILAT
Menurut R.Asikin,salah seorang tokoh
pencak silat dari Jawa Barat mengartikan pencak silat adalah suatu ilmu
pengetahuan yang merupakan permainan rakyat asli Indonesia yang dipengaruhi
kodrat ilahi dan budaya daerah yang disertai dengan perasaan sehingga merupakan
gerak yang efektif dan terkendali sehingga menjadi salah satu cabang olah raga
dan seni.Seni Pencak silat ini atas dasar :
1. Surat edaran
dan keputusan Mendikbud RI Nomor :060/U/1993 Tentang muatan lokal dan kegiatan ektrakurikuler dari SD,SLTP
sampai SLTA.
2. Anjuran
dalam melestarikan Budaya Nasional yang disampaikan oleh mentri Pariwisata dan seni serta Mentri Pemuda dan Olah Raga dalam
pidato hari Sumpah Pemuda tanggal 28 oktober 1998 di Jakarta.
3. Program
Ektrakurikuler SD.Negeri Pamatutan.
4. Dorongan
minat para siswa dan guru pembina ektrakurikuler SD.Negeri Pamatutan
Empat aspek yang harus menjadi perhatian sekolah untuk
dikelola dengan cermat dan benar apa bila mengembangkan Program Pengembangan
seni budaya Pencak Silat yakni Kebijakan, Kurikulum, Kegiatan, dan Sarana
Prasarana. Sehingga secara terencana Pengelolaan aspek-aspek tersebut harus
diarahkan pada indikator yang telah ditetapkan dalam program seni budaya Pencak
Silat.
1) Kebijakan Sekolah Peduli dan Berbudaya ,
2) Kurikulum Berbasis.. Lingkungan,
3) Kegiatan Berbasis Parisipatif dan
4) Sarana dan Prasarana Pendukung Lingkungan.
2.3 PENGEMBANGAN KEBIJAKAN SEKOLAH.
2.3.1 Kepala Sekolah
Untuk
mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya terhadap seni pencak silat, maka
diperlukan model pengelolaan sekolah yang mendukung dilaksanakannya pendidikan
seni pencak silat oleh semua warga sekolah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar
Program seni budaya daerah yakni Partisipatif dan Berkelanjutan. Pengembangan
Kebijakan Sekolah yang diperlukan untuk mewujudkan Sekolah Peduli dan Berbudaya
tersebut antara lain ;
a.
Visi dan Misi Sekolah yang Peduli terhadap kebudayaan daerah sendiri.
b.
Kebijakan Sekolah dalam mengembangkan Pendidikan seni
budaya daerah.
c.
Kebijakan Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) baik
Pendidikan maupun tenaga Kependidikan di bidang seni budaya Daerah.
d.
Kebijakan Sekolah untuk pengalokasian dan penggunaan
dana bagi kegiatan yang terkait dengan seni budaya pencak silat.
a.
Kepala Sekolah
dapat
dinilai dengan melihat berbagai perubahan positif di Sekolah, Kepala Sekolah di
harap merupakan yang paling berhasil dalam bidang manajemen perubahan. Ia
mendorong guru untuk lebih kreatif dan memberikan tanggung jawab kepada staf
untuk mengontrol bersama kegiatan ekstrakulikuler, dan merubah persepsi yang
negative terhadap kegiatan ini termasuk menjaga hubungan baik dengan perguruan.
Dia mengajak semua pemegang peranan untuk berperanserta dalam membuat keputusan
yang berhubungan dengan persoalan -persoalan sekolah.
b.
Guru
Sikap guru
di harap meningkat secara jelas dan kehadiran mereka juga meningkat. Mereka
lebih mendukung siswa dan antusias sekali dalam mengajar. Melalui dorongan
Kepala Sekolah, para guru lebih siap mendukung pelaksanakan berbagai metode
pengajaran yang kreatif. Ketika hendak melakukan pendekatan baru di dalam
kelas, para guru bertanggung jawab untuk membuat usaha yang memadai agar dapat
melakukan evaluasi terhadap keefektifan kegiatan Pencak Silat yang mereka
ikuti, agar para siswa dapat terhindar dari kegiatan yang negative di luar
sekolah dengan mengarahkan mereka dengan pengetahuan dan ketrampilan beladiri
yang dimiliki kearah fungsi olah raga prestasi Sekolah.
c.
Siswa
Sikap siswa kelihatannya telah meningkat secara
positif. Kini siswa berada di sekolah lebih lama. Mereka memiliki kesempatan
untuk meningkatkan ketrampilan mereka dalam olahraga dan kebudayaan bangsa
sendiri. Peranserta siswa di dalam kegiatan beragamapun di harapkan meningkat
pula. Kini para siswa diberi lebih banyak kesempatan untuk mengenal,
mempelajari dan merubah persepsi tentang olah raga pencak silat yang ternyata
layak juga untuk di kembangkan.
d.
Hubungan dengan
Masyarakat
Melalui kegiatan ini yang di lakukan dengan system
yang jitu, di harapkan dapat menekan angka tawuran di lingkungan Sekolah atau
kegiatan negative lainnya yang kerap merubah reputasi siswa dan selanjutnya
dapat menjaga ?good will? sekolah di mata masyarakat.
Hal lain, kegiatan ini juga dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap Sekolah. Masyarakat juga menjamin keamanan
sekolah dengan lingkungan sekitar sekolah..
e.
Orang Tua
Peran serta orang tuapun sangat di yakini meningkat.
Mereka menunjukkan kepeduliannya terhadap progam yang telah diusulkan oleh
Sekolah. Hal ini terjadi karena prestasi sekolah ini yang meningkat. Orang tua
dan para guru bertatap muka untuk membahas kembali program siswa paling sedikit
sekali pada setiap cawu untuk mengevaluasi kepositifan kegiatan ini serta
sejauh mana dapat mempengaruhi prestasi siswa didik tentunya. Sebagian besar
orang tua hanya mendapatkan pendidikan yang terbatas dan mereka menganggap
bahwa pendidikan adalah persiapan untuk membina anak-anak yang di harapkan bagi
bangsa.
Kegiatan intrakurikuler dan ekstrakulikuler saja
mungkin tidak akan cukup untuk membantu siswa dapat mengembangkan bakat,
pengetahuan, dan keahlian yang dimilikinya. Justru peranan manajemen Sekolah
dalam mengembangkan sistem belajar mengajar akan sangat menentukan. Selain itu,
peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar juga menjadi faktor penting dalam
hal ini.
Beragamnya kegiatan ekskul yang diadakan di sekolah,
bagi orang tua dimaksudkan agar para siswa terhindar dari tawuran, di samping
untuk meningkatkan prestasi siswa. Ada sebuah nilai yang sangat berharga dari
cerita diatas bahwa keahlian, pengetahuan, bakat, dan pengalaman hanya dapat
bermanfaat jika seseorang berada ditempat yang tepat.
a.
Visi dan Misi Sekolah yang Peduli dan Berbudaya
Lingkungan.
b.
Kebijakan Sekolah dalam mengembangkan Pendidikan
budaya Pencak silat
c.
Kebijakan Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) baik
Pendidikan maupun tenaga Kependidikan di bidang ektrakurikuler Pencak Silat.
2.3.2 Pengembangan Kurikulum Berbasis Kebudayaan.
Untuk mewujudkan Sekolah Peduli dan
Berbudaya dapat dicapai dengan melakukana. Pengembangan model pembelajaran
lintas mata pelajaran
a. Pengembangan
metode belajar berbasis lingkungan dan seni budaya,
b. Pengembangan
kegiatan ektrarkuriler untuk peningkatan pengetahuan dan kesadaran siswa
c. tentang seni
pencak silat sebagai seni daerah.
2.3.3 Pengembangan Kegiatan Berbasis Parsitipatif
Untuk mewujudkan Sekolah Peduli, berbudaya,
warga sekolah perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran ektra
kurikuler pencak silat . Selain itu sekolah juga diharapkan melibatkan
masyarakat di sekitarnya dalam melakukan berbagai kegiatan yang memberikan
manfaat baik bagi warga sekolah, masyarakat maupun lingkungannya.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh warga sekolah dalam pengembangan
kegiatan berbasis partisipatif antara lain :
1.
Menciptakan kegiatan ekstrakurikuler/kurikuler di
bidang seni pencak silat yang berbasis
partisipatif di sekolah,
2.
Membangun kegiatan kemitraan atau memprakarsai
pengembangan pendidikan lingkungan hidup di sekolah.
3.
Pengelolaan dan atau pengembangan Sarana Pendukung Sekolah
2.3.4 Gambaran Kondisi Sekolah
Sekolah kami memiliki Visi, Misi dan
Tujuan seperti berikut :
1.
Visi SD Negeri Pamatutan : ” Terwujudnya warga sekolah yang
berprestasi, berimtak, berbudaya, dan
cinta lingkungan.
Dan sebagai Indikator dari Visi ini adalah :
1)
Unggul dalam seni budaya
2.
Misi SD Negeri Pamatutan :
1)
Melaksanakan pengembangan kegiatan bidang seni budaya
(Pencak Silat dan Seni Tari)
2.3.5 Tujuan SD Negeri Pamatutan :
Dalam
kurun waktu 4 tahun kedepan, tujuan yang akan dicapai oleh sekolah antara lain :
a.
Menjuarai berbagai kompetisi OSN, O2SN, FL2SN; dan FLSSD.
b.
Mampu
menampilkan kebiasaan sopan santun dan berbudi pekerti sebagai cerminan
10 langkah pembiasaan akhlak mulia dan iman taqwa dalam
kehidupan sehari-hari;
c. Mampu
memelihara budaya daerah seperti mengikuti kegiatan di bidang seni
d. Misalnya
: Seni Pencak Silat, Seni Tari Daerah Jawa Barat dan bahkan melaksanakan pencanangan
“ Sunda Day “ yang dilaksanakan setiap hari Rabu (Provinsi) atau Jumat (Kabupaten).
2.3.6 Analisis Mutu Pendidikan Saat ini dan 5 Tahun yang akan datang.
9
|
PENGEMBANGAN BUDAYA DAN
LINGKUNGAN SEKOLAH
|
||
A
|
Pengembangan budaya
Meningkatkan rasa percaya diri dan keberanian
80 %
|
Pengembangan rasa percaya diri 100 %
|
20 %
|
B
|
Meningkatkan kedisiplinan 70%
|
Meningkatkan
kedisiplinan100%
|
30
%
|
C
|
Menumbuhkan sikap peduli terhadap budaya
sendiri 75%
|
Menumbuhkan sikap peduli terhadap budaya
sendiri 100
%
|
25 %
|
2.3.7 Faktor-faktor pendukung sekolah berwawasan lingkungan
Faktor – faktor yang mendukung
sekolah dalam kegiatan pengembangan
seni budaya daerah pencak silat dilingkungan adalah :.
1.
Jumlah tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang
memadai (sesuai dengan ratio guru dan siswa) sehingga memungkinkan rencana akan
dapat terlaksana.
2.
Pengurus Komite Sekolah yang responsif dan supportif
terhadap kegiatan sekolah yang mengarah pada peningkatan prestasi.
3.
Kondisi sosial masyarakat yang sangat mendukung
terhadap rencana pengembangan program sekolah.
4.
Dukungan UPTD pendidikan dan Instansi terkait yang
cukup baik
2.3.8 Kesenjangan antara mutu sekolah saat ini dan harapan 5 tahun kedepan
9
|
Pengembangan
Budaya dan Lingkungan Sekolah:
|
Pengembangan
Budaya dan Lingkungan Sekolah:
|
Pengembansgan Budaya dan
Lingkungan Sekolah:
|
a
|
Pengembangan Seni budaya Pencak silat 80 %
|
Pengembangan Seni budaya Pencak Silat 100 %
|
20 %
|
b
|
Penciptaan lingkungan yang mengenal dan
melestarikan seni budaya daerah sendir. 70 %
|
Penciptaan lingkungan yang mengenal dan
melestarikan seni budaya daerah sendiri.
100 %
|
30
%
|
NO
|
KONDISI SAAT INI
|
KONDISI 5 TAHUN YAD
|
KESENJANGAN
|
1
|
STANDAR
ISI
|
||
A
|
Buku
KTSP (Buku/Dokumen-1
|
||
Sudah
tersusun tapi dalam bentuk foto copy
|
Tersusunya KTSP
Mandiri yang sesuai dengan SNP.
|
1 buah KTSP Mandiri
yang renstra.
|
|
B
|
SILABUS
|
||
· Sudah
Tersusun 8 Silabus mapel tapi dalam bentuk copy paste
|
· Tersusunya
8 silabus mapel mandiri yang mengacu ke SNP
|
9 Silabus mandiri
yang renstra.
|
|
C
|
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP):
|
||
· Tersusun RPP 8
mapel tapi dalam bentuk copi paste
|
· Tersusunnya RPP 8
mapel mandiri yang mengacu ke SNP
|
9 RPP yang mandiri
yang renstra.
|
|
2.
|
Standar
Proses
|
||
A
|
Persiapan
pembelajaran:
|
||
· Kepemilikan
silabus oleh guru: 100 % memiliki
· Kepemilikan
RPP oleh guru: 100 % memiliki
· Kepemilikan
sumber belajar/bahan ajar: 80 %
|
· Kepemilikan
silabus oleh guru: 100 % memiliki
· Kepemilikan
RPP oleh guru: 100% memiliki
· Kepemilikan
sumber belajar/bahan ajar: 100%
|
5 %
5 %
20 %
|
|
B
|
Persyaratan
Pembelajaran
|
||
· Jumlah siswa
per rombel: 7 anak
· Beban mengajar
guru: 24 jam/minggu
· Ratio antara
jumlah siswa dengan buku tekas mapel 2:1
· Pengelolaan
kelas: 70 %
|
· Jumlah siswa per
rombel: 30 anak
· Beban mengajar guru:
24 jam/minggu
· Ratio antara jumlah
siswa dengan buku tekas mapel 1:1
· Pengelolaan kelas:
100%
|
Penambahan jumlah siswa 23 anak.
Beban mengajar tetap 24 jam/minggu
Penambahan buku/siswu dan buku
penunjang 30 %
|
|
C
|
Pelaksanaan
pembelajaran:
|
||
· Cakupan pendahuluan dalam pembelajaran oleh guru
di kelas: 70 %
· Cakupan penerapan prinsip pembelajaran yang :
eksploratif, elaboratif, dan konformatif: 60 %
· Penerapan pembelajaran tuntas: 90 %
· Penerapan PAIKEM/PAKEM: 70 %
· Penerapan pembelajaran di luar kelas/sekolah: 60
%
· Cakupan pelaksanaan penutup dalam pembelajaran 80
%:
|
· Cakupan
pendahuluan dalam pembelajaran oleh guru di kelas: 100%
· Cakupan
penerapan prinsip pembelajaran yang: eksploratif, elaboratif, dan
konformatif: 100%
· Penerapan
pembelajaran tuntas:100%
· Penerapan
PAIKEM/PAKEM: 100%
· Penerapan
pembelajaran di luar kelas/sekolah: 100%
· Cakupan
pelaksanaan penutup dalam pembelajaran: 100%
|
30
%
40
%
10
%
30
%
40
%
20
%
|
|
D
|
Pelaksanaan
penilaian pembelajaran:
|
||
· Variasi
model penilaian:3 .model
· Pengolahan/analisis
hasil penilaian: 2 jenis manual
· Pemanfaatan/tindak
lanjut hasil penilaian: 2 manfaat
|
· Variasi model
penilaian:5 model
· Pengolahan/analisis
hasil penilaian: 3 jenis manual
· Pemanfaatan/tindak
lanjut hasil penilaian: 3 manfaat
|
2 .model
1 jenis berbasis TIK
1
Pemanfaatan / tindak lanjut
|
|
E
|
Pengawasan proses pembe lajaran:
|
||
• Cakupan
kegiatan pemantauan pembelajaran: 60 %
• Cakupan
kegiatan super visi pembelajaran: 80 %
• Cakupan
kegiatan evaluasi pembelajaran: 80 %
· · Dokumen pelaporan
hasil evaluasi pembelajaran:
80 %
• Cakupan
tindak lanjut hasil evaluasi pembelajaran: 80 %
|
· Cakupan
kegiatan pemantauan pembelajaran: 100%
· Cakupan
kegiatan supervisi pembelajaran: 100%
· Cakupan
kegiatan evaluasi pembelajaran: 100%
· Dokumen
pelaporan hasil evaluasi pembelajaran: 100%
· Cakupan
tindak lanjut hasil evaluasi pembelajaran: 100%
|
40
%
20
%
20
%
20
%
20
%
|
|
3.
|
STANDAR
KOMPETENSI LULUSAN
|
||
A
|
Bidang
akademik:
|
||
o Rata2
pencapaian KKM semua mapel 70
• Rata2 pencapaian
NUN 6,5
|
•
Rata2 pencapaian KKM semua
mapel 80
• · Rata2 pencapaian
NUN 9,00
|
10
2,5
|
|
B
|
Bidang
non akademik:
|
||
· Perolehan
jumlah kejuaraan: 1 jenis/ bidang pada Tk kecamatan
|
· Perolehan
jumlah kejuaraan: 3 jenis/bidang pada Tingkat kecamatan
|
1Jeenis/bidang akademik
|
|
C
|
Kelulusan:
|
||
·
Jumlah
kelulusan 100 %
|
·
Jumlah
kelulusan 100%
|
0 %
|
|
D
|
Melanjutkan
studi:
|
||
· Jumlah lulusan
yang melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi 100 %
|
Jumlah lulusan yang
melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi 100%
|
0 %
|
|
4
|
STANDAR
PENDIIDK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
|
||
A
|
Kepala
sekolah:
|
||
o QSASudah pelatihan kepemimpinan satu kali
o Belum
pelatihan manajerial sekolah (MBS) satu kali
o Sudah
pelatihan supervisi, monitoring, dan evaluasi sekolah dua kali
o Sudah
pelatihan adminis trasi persekolahan 1 kali
• Sudah pelatihan KTSP 4 Kali
|
o pelatihan
kepemimpinan min. 3 kali
o pelatihan
manajerial sekolah (MBS) min. 3 kali
o pelatihan
supervisi, monitoring, dan evaluasi sekolah min. 3 kali
o pelatihan
administrasi persekolahan min. 3 kali
• · Pelatihan KTSP min 2
kali
|
2
kali
2
kali
1
kali
2
kali
4 kali
|
|
B
|
Guru:
(bersifat rata-rata)
|
B
|
Guru:
(bersifat rata-rata)
|
||
· Jumlah guru PNS keseluruhan: 5 org
· Pelatihan
pembelajaran tuntas: 80 %
· Pelatihan
penilaian dan evaluasi pembelajaran:
60 %
· Pelatihan KTSP
dan K13: 80 %
· Pelatihan
PAIKEM /PAKEM: 80 %
· Jumlah guru
S1/D4:100 %
· Jumlah guru
bersertifikasi profesi: 60 %
|
o Jumlah
guru keseluruhan sesuai kebutuhan 9 orang.
o Pelatihan
pembelajaran tuntas: 100%
o Pelatihan
penilaian dan evaluasi pembelajaran: 100%
o Pelatihan
KTSP: 100%
o Pelatihan
PAIKEM/PAKEM: 100%
o Jumlah
guru S1/D4: 100%
• Jumlah
guru bersertifikasi Jumlah guru bersertifikasi profesi: 100 %
|
4
orang
20
%
40
%
20
%
20
%
0
%
40
%
|
|
C
|
Tenaga
TU, Pustakawan, dll: (bersifat rata-rata)
|
||
· Jumlah tenaga
TU: 0 orang
|
· Jumlah tenaga
TU: 1 orang
|
100 %
|
|
5
|
STANDAR
SARANA DAN PRASARANA
|
||
A
|
Sarana
dan Prasarana Minimal
|
||
o Ruang
kepala sekolah tidak ada
o Ruang
perpustakaan: tidak ada
o Ruang
guru: ada tidak standar
o Gudang:
tidak ada
o Ruang
UKS : tidak ada
o Ruang
kelas kurang 3 buah
|
o Ruang
kepala sekolah: ada.
o Ruang
perpustakaan: ada standar
o Ruang
guru: standar
o Gudang: ada
o Ruang
UKS : Ruang UKS ada
o Kebutuhan
ruang kelas dapat terpenuhi
|
- Terbangunnya ruang kepala sekolah
- Terbangun ruang perpustakaan
- Terbangunnya ruang guru yang standar
- Terbangun satu ruang gudang
- Terbangun 1 ruang UKS
-
Terbangun 3 ruang kelas baru
|
|
B
|
Sarana
dan Prasarana Lainnya
|
||
· Ruang kantin:
tidak ada
· Ruang multi media tidak ada
|
· Ruang
kantin: ada standar
· Ruang multi media
ada.
|
Terbangun 1 R kantin standar
Terbangun 1 ruang multi media.
|
|
C
|
Fasilitas
Pembelajaran dan Penilaian
|
||
· Komputer Guru:
10 %
· Sarana olah
raga: 20 %
|
· Komputer Guru:
100%
· Sarana olah
raga: 100%
|
90 %
80 %
|
|
6.
|
STANDAR
PENGELOLAAN
|
||
A
|
Perangkat
dokumen pedoman pelaksanaan rencana kerja/kegiatan:
|
||
· Dokumen RKJM , RKT dan RKAS : 80 %
· Dokumen PSB: 80 %
· Dokumen Pedoman pembinaan Kesiswaan: 60 %
· Dokumen tata tertib sekolah: 50 %
· Dokumen kode etik sekolah: 40 %
· Dokumen administrasi sekolah lainnya: 80 %
|
· Dokumen RKJM , RKT dan RKAS : 100%
· Dokumen PSB: 100%
· Dokumen Pedoman pembinaan kesiswaan: 100%
· Dokumen tata tertib sekolah: 100%
· Dokumen kode etik sekolah: 100%
· Dokumen administrasi sekolah lainnya: 100%
|
20
%
20
%
40
%
50
%
60
%
20
%
|
|
B
|
Struktur
organisasi dan mekanisme kerja:
|
||
|
· Struktur
organisasi: 85 % lengkap
· Dokumen
pembagian tugas /kewenangan /tupoksi:
90 %
|
· Struktur
organisasi: 100% lengkap
· Dokumen
pembagian tugas/kewenangan/tupoksi: 100%
|
15
%
10
%
|
C
|
Supervisi,
monitoring, evaluasi, dan akreditasi sekolah:
|
||
· Ada isntrumen
pemantauan : 75 %
· Ada instrumen
suvervisi: 80 %
· Ada instrumen
monitoring: 80 %
· Ada instrumen
evaluasi: 70 %
· Ada pelaporan
supervisi: 60 %
· Ada pelaporan
monitoring: 60 %
· Ada pelaporan
evaluasi : 80 %
· Pendokumentasian
: 80 %
· Tindak lanjut:
75 %
|
· Ada instrument
pemantauan 100 %
· Ada instrumen
supervisi: 100%
· Ada instrumen
monitoring: 100%
· Ada instrumen
evaluasi: 100%
· Ada pelaporan
supervisi: 100%
· Ada pelaporan
monitoring: 100%
· Ada pelaporan
evaluasi: 100%
· Pendokumentasian
: 100%
· Tindak lanjut:
100%
|
25
%
20
%
20
%
30
%
40
%
40
%
80
%
20
%
20
%
25%
|
|
D
|
Kemitraan
dan peran serta masyarakat:
|
||
· Dokumen
keberadaan Komite Sekolah: 90 %
· Dokumen
program kerja komite sekolah: 60 %
· Kepengurusan
komite sekolah: 100% lengkap
|
· Dokumen
keberadaan Komite Sekolah: 100%
· Dokumen
program kerja komite sekolah: 100%
· Kepengurusan
komite sekolah: 100% lengkap
|
10
%
40
%
0
%
|
|
7.
|
STANDAR
PEMBIAYAAN
|
||
A
|
Sumber dana: 1
buah
|
Sumber dana: minimal 2 buah
|
Minimal 1 buah
|
B
|
Pengalokasian dana: 6 SNP
|
Pengalokasian dana: minimal 8 SNP
|
2
SNP
|
C
|
Penggunaan dana: 100 % benar
|
Penggunaan dana: 100% benar
|
0
%
|
D
|
Pelaporan penggunaan dana: 100%
|
Pelaporan penggunaan dana: 100%
|
0
%
|
E
|
Dokumen pendukung pelaporan: 100 %
|
Dokumen pendukung pelaporan: 100%
|
0
%
|
8.
|
STANDAR
PENILAIAN
|
||
A
|
Frekuensi ulangan harian oleh guru: 85%
|
Frekuensi ulangan harian oleh guru: 100%
|
15
%
|
B
|
Ulangan tengah semester yang dilakukan oleh guru: 100 %
|
Ulangan tengah semester yang dilakukan oleh guru:
100%
|
0
%
|
C
|
Cakupan materi ulangan akhir semester yang di
lakukan sekolah 100 %
|
Cakupan materi ulangan akhir semester yang di
lakukan sekolah 100 %
|
0
%
|
D
|
Teknik-teknik penilaian yang dipergunakan guru
dalam pembelajaran: 75%
|
Teknik-teknik penilaian yang dipergunakan guru
dalam pembelajaran: 100%
|
25
%
|
E
|
Instrumen yang di kembangkan guru untuk ulangan
harian 100 %
|
Instrumen yang di kembangkan guru untuk ulangan
harian 100 %
|
0
%
|
F
|
Variasi instrument yang di kembangkan sekolah
untuk ulangan akhir semester 90 %
|
Variasi instrument yang di kembangkan sekolah
untuk ulangan akhir semester 100 %
|
10
%
|
G
|
Mekanisme dan prosedur penilaian pendidikan oleh
guru: 80 % terpenuhi
|
Mekanisme dan prosedur penilaian pendidikan oleh
guru: 100% terpenuhi
|
20
%
|
H
|
Mekanisme dan prosedur penilaian pendidikan oleh
sekolah: 80 % terpenuhi
|
Mekanisme dan prosedur penilaian pendidikan oleh
sekolah: 100% terpenuhi
|
20
%
|
9
|
PENGEMBANGAN
BUDAYA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH
|
||
A
|
Pengembangan budaya
Meningkatkan rasa percaya diri dan keberanian
80 %
|
Pengembangan rasa percaya diri 100 %
|
20 %
|
B
|
Meningkatkan kedisiplinan 70%
|
Meningkatkan
kedisiplinan100%
|
30
%
|
C
|
Menumbuhkan sikap peduli terhadap budaya
sendiri 75%
|
Menumbuhkan sikap peduli terhadap budaya
sendiri 100
%
|
25 %
|
2.3.10 Faktor-faktor pendukung sekolah berwawasan lingkungan
Faktor – faktor yang mendukung
sekolah dalam kegiatan pengembangan seni budaya daerah pencak silat dilingkungan
adalah :
a. Jumlah tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan yang memadahi (sesuai dengan ratio guru dan
siswa) sehingga memungkinkan rencana akan dapat terlaksana.
b. Pengurus
Komite Sekolah yang responsif dan supportif terhadap kegiatan sekolah pada
peningkatan prestasi.
c. Kondisi
sosial masyarakat yang sangat mendukung terhadap rencana pengembangan program
sekolah.
d. Dukungan
UPTD pendidikan dan Instansi terkait yang cukup baik
2.3.11 Kesenjangan Antara Mutu Sekolah Saat Ini Dan Harapan 5 Tahun Kedepan
9
|
Pengembangan
Budaya dan Lingkungan Sekolah:
|
Pengembangan
Budaya dan Lingkungan Sekolah:
|
Pengembangan Budaya dan
Lingkungan Sekolah:
|
a
|
Pengembangan Seni budaya Pencak silat 80 %
|
Pengembangan Seni budaya Pencak Silat 100 %
|
20 %
|
b
|
Penciptaan lingkungan yang mengenal dan melestarikan
seni budaya daerah sendir. 70 %
|
Penciptaan lingkungan yang mengenal dan
melestarikan seni budaya daerah sendiri.
85 %
|
15
%
|
2.3.12 Program / Kegiatan Untuk Mencapai Visi, Misi Dan Tujuan
No
|
Uraian Rencana Kegiatan
|
Rencana Pelaksanaan (bulan)
|
Keterangan
|
||||||||||||
|
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
|
I
|
ekstra kurikuler, antara lain:
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Pramuka
|
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
X
|
x
|
x
|
x
|
|
|
|
2
|
Kesenian
|
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
|
|
|
3
|
Olahraga
|
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
|
|
|
4
|
Pencak
Silat
|
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
|
|
|
2.4 .PROGRAM PROGRAM STRATEGIS UNTUK MENCAPAI VISI, ISI, DAN TUJUAN JANGKA PANJANG
NO
|
PROGRAM
|
KONDISI AWAL
|
TAHUN
|
|||
|
|
TH.1
|
TH.2
|
TH.3
|
TH.4
|
|
a
|
Penciptaan
lingkungan yang mengenal dan melestarikan seni budaya daerah sendiri.
|
Penciptaan lingkungan yang mengenal dan
melestarikan seni budaya daerah sendir. 60 %
|
60
|
60
|
80
|
100
|
b
|
Pengembangan
Seni budaya Pencak silat 70 %
|
Pengembangan Seni budaya Pencak silat 70 %
|
70
|
70
|
80
|
100
|
2.4.1 Sumber–Sumber Manusia / Untuk Melaksanakan Program
Sumber –sumber manusia atau material
yang dapat membantu atau dipergunakan untuk melaksanakan program yang terdiri
dari :
1.
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
No
|
Uraian
|
Status
|
Jenis
Kelamin
|
||
PNS
|
Non PNS
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
||
1
|
Kepala
Sekolah
|
1
|
-
|
-
|
1
|
2
|
Guru
Kelas
|
2
|
4
|
2
|
4
|
3
|
Guru
PAI
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
Guru
Penjaskes
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
Tenaga
Perpustakaan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
6
|
Operator
|
-
|
1
|
1
|
-
|
7
|
Penjaga
Sekolah
|
-
|
1
|
1
|
-
|
|
Jumlah
|
3
|
6
|
4
|
5
|
2.
Pengurus Komite Sekolah
No
|
Nama
|
Pekerjaan
|
Jabatan
|
Keterangan
|
1
|
E. SUHENDI
|
WIRASWASTA
|
Ketua
|
Tokoh
Masyarakat
|
2
|
AHMAD SALIM, M.Pd.
|
PNS
|
Wakil
Ketua
|
Tokoh
Masyarakat
|
3
|
HENDI
|
WIRASWASTA
|
Sekretaris
|
Tokoh
Masyarakat
|
4
|
TATY MARYATY, S.Pd.SD
|
PNS
|
Bendahara
|
Tokoh
Masyarakat
|
5
|
DEDEN
|
BURUH
|
Anggota
|
Tokoh
Masyarakat
|
6
|
U. KARTOBI
|
GURU
|
Anggota
|
Tokoh
Masyarakat
|
7
|
AKA NURJAMAN
|
PTT
|
Anggota
|
Tokoh
Masyarakat
|
A. Jadwal Program kegiatan Seni Budaya Pencak Silat
Jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler
SD.Negri Pamatutan
Pencak silat
|
Seni Tari
|
Pramuka
|
Olah Raga
|
Guru Pencak Silat Pusaka siliwangi Bp.Ahdi hari rabu dan sabtu
|
Guru seni
tari ibu Dewi hari jumat dan sabtu
|
Guru
pramuka bp.Ridwan dan Yogi Dwi Aryandi hari kamis dan jumat
|
Guru olah
raga bp.yaman dan Aka Nurjaman hari selasa dan kamis
|
B.
Penanggungjawab
program pengembangan program
a.
Kepala Sekolah
b.
Guru dan stap
sekolah
c.
Komite sekolah dangan peran serta masyarakat
lingkungan Sekolah.
C.
Rencana
pembiayaannya: Dana Bos dan peran serta orang
tua wali murid
1.Rencana pemantauan dan evaluasi
a. Kepala
Sekolah
b. UPTD
c. Komite
sekolah beserta peran serta masyarakat.
BAB.III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pencak silat
adalah adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia.
Seni bela diri ini secara luas lebih dikenal di negara-negara Asia maupun
Eropa. Terbukti dari banyaknya organisasi-organisasi pencak silat yang tumbuh
dengan pesat, seperti: PERSILAT di
Indonesia, IPSI, PESAKA di Malaysia.
Berkembangnya
seni pencak silat tidak terlepas dari sejarah awal mulanya berdiri pencak
silat. Berawal dari nenek moyang bangsa Indonesia yang berusaha untuk
mempertahankan dirinya dari ancaman dan tantangan alam, Kerajaan-kerajaan besar
yang memiliki prajurit dan pendekar-pendekar yang siap berperang, Pahlawan
nasional bangsa Indonesia, seperti pangeran Diponegoro yang melawan penjajah,
sampai pada akhirnya bela diri berkembang seiring berkembangnya jaman.
DAFTAR PUSTAKA
Aip
Syarifuddin. 1992. Atletik. Jakarta : Depdikbud.
Aip
Syarifuddin dan Muhadi. 1992/1993. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta :
Depdikbud.
Carr, Gerry.
2000. Atletik (Edisi Terjemahan). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Suharno H.
P, Alat-Alat Tes Pengukuran Kesegaran Jasmani, Jakarta, 1985
Tidak ada komentar:
Posting Komentar